Tak ingin otak beku, maka kami jadikan pena sebagai microwave. Kami, sekumpulan manusia pencinta cerita.
Mau bercerita bersama? Mudah saja. Tinggalkan alamat email-mu, kami punya tema baru tiap minggu.
Mari menulis!

Rabu, 20 Juli 2011

TUBUH PROTHEAN

Namaku Betsy. Aku adalah artis. Mencintai kamera, foto, dan apa-apa yang bisa membuatku abadi. Aku datang ke Broadway sembilan tahun silam. Mengadu asa. Mengharap bahagia. Dan ternyata, aku diterima. Sejak itu kehidupanku lain sama sekali. Setiap hari berakting. Setiap minggu berpentas. Hingga nasib membawaku ke Hollywood, semacam nirwana cahaya yang gemerlapnya mengalahkan indahnya kebahagiaan.

Namaku Alam. Aku senang berada di hutan. Kau tahu kenapa? Menikmati teduhnya rerimbunan. Berdoa tak terjadi kebakaran. Disini aku lahir dan bermain, menunggui ayah mengapak kayu. Oh, aku punya teman, namanya Si Tumang. Anjing yang setia menemani kemana aku pergi. Namanya seperti anjing di cerita Sangkuriang. Tapi aku bukan Sangkuriang, yang tega membunuh dan mengambil jantungnya.

Namaku Putri. Aku sekolah di bangku SMP. Kerjaanku, -kalau itu boleh dikata kerja- adalah sekolah dan les tambahan. Setiap hari aku sekolah, pun les tambahan. Minumku susu, makananku MSG. Kau tahu, semacam bubuk-bubuk yang enak rasanya dan dijual di kantin-kantin, dicampur cireng ataupun mie. Konon itu berpenyakit dan bisa membuat kecerdasan berkurang. Tapi kutanyakan kembali, apa kemudian beda MSG dan les tambahan?

Namaku Susilo. Aku adalah walikota. Sehari-hariku mengatur ini-itu. Jika perlu, aku akan pergi ke suatu tempat dimana di jalanan mesti ada kawalan kiri-kanan. Jalan macet aku tak peduli. Mestilah mereka semua minggir untuk kelancaran urusan mereka sendiri. Aku bertanggungjawab atas kota ini, termasuk kesejahteraan dan buang air mereka. Aku ini lebih pantas kau dahulukan, ketimbang sekedar mobil jenazah. Yang mana demi toleransi kau mau minggir, padahal mereka sudah mati. Memangnya Tuhan punya dateline?

Namaku Piku. Aku seekor kucing. Kerjaku tidur, makan, dan menjilati jempol sang majikan. Merugilah kau para manusia, karena punya nalar di kepala. Sehingga punya anggapan bahwa aku tak lebih dari pemalas semata. Buatku, kalian semua terlalu memusingkan apa-apa, padahal hidup cuma tidur, makan, dan menjilat. Bahkan Tuhan saja dipikirkan. Sederhana saja kan, Tuhan para manusia adalah manusia juga. Pun Tuhan para kucing, adalah kucing jua.

Namaku Kumis. Aku berdagang nasi goreng. Setiap hari lapakku disesaki. Mereka mau beli nasi goreng. Dan seperti halnya penjual nasi goreng, aku juga menjual mie goreng. Dan seperti halnya penjual nasi goreng, aku juga bisa merebus mie jadi mie rebus. Dan seperti halnya penjual nasi goreng, aku mesti memberi bonus kerupuk dan acar-acaran.

Namaku Syarif. Aku lahir di Bandung, harianku mahasiswa. Kota yang disesaki pendatang di akhir minggunya. Yang udaranya aku cinta. Yang wanita-wanitanya cantik jelita. Yang makanannya enak semua. Yang pemudanya sering putus asa, jika merantau ke luar kota. Jang, di Bandung saja lah, semua sudah tersedia, di luar itu kau cuma jadi petualang semu, ujung-ujungnya juga di Bandung lagi. Kau tahu, itu kata Ibuku. Bikin aku menahan tubuhku berdiam mengeram, tapi tidak pribadiku. Ia mesti bebas pergi mengembara.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar