Tak ingin otak beku, maka kami jadikan pena sebagai microwave. Kami, sekumpulan manusia pencinta cerita.
Mau bercerita bersama? Mudah saja. Tinggalkan alamat email-mu, kami punya tema baru tiap minggu.
Mari menulis!

Kamis, 21 Juli 2011

Teman dan Sahabat

Teman dan sahabat, bagaimana aku membedakannya? Soal bahasakah? Bisa jadi iya, tapi bisa dibahas lebih lanjut. Teman, barangkali, adalah antonim yang tepat dari musuh. Atau sinonim dari kawan, antonim dari lawan. Jika konflik diartikan sebagai ketidaksesuaian antara yang ideal dan yang riil, maka teman kira-kira bisa didefinisikan sebagai manusia yang berinteraksi dengan kita, karena semata-mata ia bisa merealisasikan apa yang kita idealkan, atau minimal mendekati. Misal, kita kenal yang dinamakan teman ngobrol, teman main, teman tidur, teman minum, teman jalan, teman curhat, dan sebagainya. Karena semata-mata, teman adalah realisator dari hasrat-hasrat kita, yang oleh dunia sekarang, menjadi beragam. Dulu, barangkali, yang ada hanya hasrat makan, minum, dan seks. Sehingga teman untuk ketiga itu saja yang dibutuhkan. Sekarang kebutuhan menjadi beragam, dan pemenuhan menjadi beragam pula.

Pada akhirnya, teman adalah sekaligus sekat hasrat kita. Teman tidur tidak bisa bercampur dengan teman main, teman minum, teman jalan-jalan, dan sebagainya. Ada memang yang multifungsi, tapi tetap terbatas. Ada wilayah yang tidak bisa dimasuki. Pada akhirnya, teman adalah soal praktis. Soal apakah ia berguna secara langsung yang dapat terasa atau tidak. Dalam dunia sekarang, yang mana ukuran segala-galanya adalah function, maka mencari teman adalah salah satu kegiatan yang rajin dilakukan. Sudah banyak sarana untuk mencari teman, misalnya jaringan sosial maya seperti facebook atau twitter. Pada akhirnya, teman tidak lebih dari sekedar fungsi-fungsi pragmatis, penunjang keseharian kita. Yang nantinya tidak lebih dari pengingat bahwa manusia tidak bisa hidup sendirian, ia adalah makhluk sosial.

Sahabat? Bagaimana aku mengatakannya. Tapi sepertinya, tidak bisa dikatakan sekedar fungsi-fungsi praktis. Ia melampaui hasrat-hasrat manusia yang beragam. Pasti ia punya sekat juga, tapi dari sekat-sekat itu, sahabat masih bisa melihat apa yang ada di dalamnya, meski tidak melihat telanjang. Ketika memutuskan seseorang adalah sahabat, maka tak ada sahabat tidur, sahabat makan, sahabat minum, sahabat jalan-jalan dan sebagainya. Sahabat adalah rangkuman keseharian, yang dengan ajaib tidak memedulikan apa yang ideal dan yang riil. Antar sahabat boleh punya apa yang ideal masing-masing, dan ketika itu pula, bukan sahabatlah yang dijadikan pijakan realitas untuk mewujudkan cita-cita itu. Sahabat adalah penyangga, yang ketika kita sedang maju mewujudkan berbagai idealisasi dan harapan, ia ada untuk menjaga kita agar tidak terjatuh. Tapi kemudian ia tak perlu tahu apakah yang diidealkan dan dicita-citakan. Anehnya, ia tak perlu tahu. Yang penting ia ada untuk menyangga. Dan kita ada untuk menyangganya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar