Tak ingin otak beku, maka kami jadikan pena sebagai microwave. Kami, sekumpulan manusia pencinta cerita.
Mau bercerita bersama? Mudah saja. Tinggalkan alamat email-mu, kami punya tema baru tiap minggu.
Mari menulis!

Kamis, 21 Juli 2011

Surat Wasiat

Untuk istri dan anak-anakku tercinta, Dega, Zulaikha, Zulqifar,

Assalamualaikum,

Ketika menulis surat ini, ayah dalam keadaan sehat wal’afiat. Tapi, siapa yang tahu apa yang terjadi semenit kedepan? Sejam kedepan? Sehari kedepan? Seminggu kedepan? Nah, karena ayah tidak mau takabur, ayah mau menuliskan ini semua. Seolah-olah ayah memang sudah siap kapanpun dipanggil Tuhan. Ini namanya surat wasiat, yakni surat yang diberikan pada keluarga yang ditinggalkan, untuk menyampaikan pesan-pesan almarhum. Saya yakin kalian sudah tahu semua. Dega tahu dari dulu, Zulay dan Zulqi tahu dari guru Agama Islam.

Ayah langsung saja ya, tidak mau bertele-tele dan mendramatisir surat ini, semata-mata memang ayah mau menyampaikan beberapa pesan singkat saja.

Pertama, untuk Dega, istriku tercinta. Yang pasti, urus anak-anak dengan baik. Kedua, sertifikat asuransi ada di sebelah ranjang, nanti kalau sudah masuk jatuh tempo (15 Agutus 2030), langsung dicairkan yah. Lalu ada pula sertifikat Tabungan Rencana Mandiri-Bukopin, ada di kolong ranjang. Biarpun kedua bank itu sudah merger, tapi tetap masukkan sertifikatnya ke bekas Mandiri Buah Batu ya, karena ayah dulu rajin kesana semasa muda. Menyetor rupiah demi rupiah buat mengupayakan pernikahan kita. Semua uang tersebut adalah untuk sekolah anak yah.

Untuk putri sulungku tercinta, Zulay. Meskipun perempuan dapat jatah setengah dari pria, tapi tetap akan kuminta Zulqi memberikan setengahnya lagi padamu hahaha. Harta yang dimaksud, adalah rumah ini beserta isinya, serta uang tabungan senilai 500 juta Rupiah yang disimpan di Bank Century. Uang tersebut ayah tabung dari sejak menikah, dan tolong kau pakai sebagian untuk ibadah haji, dan sedekah sebanyak 2,5 % seperti yang selalu ayah ajarkan. Jika kau berhutang, lunasi pula dengan uang itu. Jangan lupa pula untuk tetap beribadah dan cari pria yang baik dan soleh. Untuk hal itu, tanya saja ibumu, ia pintar memilih pria.

Untuk si bungsu, Zulqi. Pertama, taati guru SMP-mu meskipun ia kadang-kadang menyebalkan. Jika ia memungut uang lagi untuk setiap lembar kertas ulangan, berikan saja, anggap sedekah. Nanti kau akan dapat harta dari Bank Century. Sebagai pria, kau harus mendapat dua bagian dibanding kakakmu. Tapi ayah memintamu untuk memberikan bagianmu yang lebih pada kakakmu, agar dia yang mengatur untuk kebaikan bersama. Jangan lupa juga untuk menyimpan baik-baik buku tetralogi Drunken ayah. Pada jaman ayah dulu, tulisan-tulisan Pidi Baiq adalah pedoman bagi dunia yang carut marut. Jangan lupa untuk terus member makan Akhwan dan Ikhwat, ikan koki kita tercinta. Jauhi juga kelompok muslimin dan muslimat yang menyuarakan permusuhan bagi kelompok lain. Bertemanlah dengan semua, Zulqi. Dan hanya jauhilah mereka yang berhati jahat. Seperti arti namamu, Zulqifar: “Tegas membedakan benar dan salah.” Oia, pesan terakhir, jangan lupa belajar berenang. Jangan seperti ayah yang sampai tua masih susah!

Akhirul kata, tetaplah berdoa bagi seluruh umat muslimin, bagi nabi, bagi Allah, dan moga-moga bagi ayah sendiri. Ayah mencintai kalian semua.

Wassalamualaikum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar