Tak ingin otak beku, maka kami jadikan pena sebagai microwave. Kami, sekumpulan manusia pencinta cerita.
Mau bercerita bersama? Mudah saja. Tinggalkan alamat email-mu, kami punya tema baru tiap minggu.
Mari menulis!

Kamis, 21 Juli 2011

Sudut Pandang

Sama seperti akhir pekan yang biasanya, aku memulai ritual sholat maghrib lebih awal dan meniadakan ritual zikir karena aku harus menonton tayangan di televisi. Tayangan favoritku yang dipandu oleh MC tampan pujaanku, Choky Sihotang. Acara menemukan pasangan jiwa dari sekitar dua puluh orang kandidat. Kenapa baru sekarang ada acara semacam ini ketika kulitku sudah kendur dan keriput, tak lagi segar dan kenyal seperti dulu. Yah sudahlah terima saja.

Biasanya aku menikmati tayangan ini seorang diri tapi terkadang cucuku ikut menemani dan mengomentari. Aku berharap semoga cucuku mau mengikuti acara ini agar ia menemukan jodohnya dan aku bisa segera menimang cicit. Tapi sepertinya hal itu sulit, bagaimana mungkin mau turut partisipasi acara perjodohan ini, jika sepanjang acara ia malah sibuk mengomentari dan tertawa terbahak-bahak melihat tingkah laku peserta. Aku akan mencari cara lain, peluang lainnya untuk cucuku.


***


Nenek suka sekali menonton tayangan di televisi tapi bukan sinetron melainkan reality show atau kuis. Belakangan ini, nenek menasbihkan dirinya sebagai penggemar acara kuis yang menjodohkan para kontestan. Ketika menonton tayangan tersebut, muka nenek bersemu merah tak lupa senyum merekah menghiasi wajahnya. Menurutnya, pria tampan harus mendapatkan pasangan wanita yang cantik, para duda menemukan janda dan wanita gemuk bersanding dengan pria tambun. Itulah yang namanya jodoh, pasangan yang setara dan seimbang. Maka dunia akan menjadi lebih indah di matanya.

Sendirian seringkali ia menonton tayangan favoritnya karena anaknya sibuk bersosialisasi dengan para tetangga sementara cucunya hampir selalu ada acara tiap akhir pekan. Namun kali ini, si cucu menemani neneknya menonton. Ketika si nenek tengah menghayati proses perjodohan, si cucu yang kurang ajar mencekoki neneknya bahwa acara tersebut hanyalah bualan semata dan sudah ada skenarionya tanpa mempertimbangkan perasaan si nenek yang merupakan penggemar berat acara itu. Begitulah perbedaan dua orang wanita dari era yang berbeda. Nenek percaya bahwa tayangan televisi benar adanya sementara Cucu memandangnya sebagai acara pembodohan massal semata.


***

Hari ini hari Sabtu dan kau pasti tahu benar bahwa pukul enam sore ini tayangan perjodohan di salah satu televisi nasional. Kau tinggalkan sejenak aktivitas sehingga bisa konsentrasi menikmati acara ini. Kau lihat itu Choky Sihotang yang memandu acara, ia tampan bukan? Lihat giginya, begitu rapi dan putih bersinar. Ia terlihat begitu mempesona dan mengalahkan aura para kontestan yang berniat mencari jodoh di acara tersebut. Bisa sama-sama kita rasakan ketegangan para kontestan ketika kandidat pertama keluar dari belakang panggung. Kau pun mulai menilai sama dan menimbang siapa kiranya yang akan terpilih menjadi pendampingnya dengan mempertimbangkan perawakan dan sifat mereka.

Kau menyaksikan tayangan ini dengan cucumu yang duduk persis di sampingmu. Ketika kau terlarut dalam proses perjodohan, cucumu malah meracau tidak jelas bahwa acara tersebut tidak sealami kelihatannya. Kesal kau dibuatnya, karena cucumu merusak kesakralan acara dan mengalihkan konsentrasimu mengikuti tahapan-tahapannya. Kau melirik ke arahnya dan mengamatinya kemudian berangan-angan bagaimana jika suatu hari cucumu turut serta di acara tersebut dan ternyata ia menemukan jodohnya di sana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar