Tak ingin otak beku, maka kami jadikan pena sebagai microwave. Kami, sekumpulan manusia pencinta cerita.
Mau bercerita bersama? Mudah saja. Tinggalkan alamat email-mu, kami punya tema baru tiap minggu.
Mari menulis!

Rabu, 20 Juli 2011

Satu Kupu

Ia kupu…
Hanya satu…
Kupu dari kupu-kupu, le papillon dalam bahasa Prancis, butterfly kalau dalam bahasa Inggris, entah apalah dalam bahasa lainnya.
Cobalah kau tangkap ia, kalau tak terbang ia ke angkasa.

Terlihat dari jauh warna-warni rambut keritingnya (meski banyak yang meragukan keasliannya).
Terlihat putih kulitnya walau tanpa perawatan apa-apa (jika Autan-lotion anti nyamuk tidak termasuk dalam hitungan).
Terlihat mancung hidungnya yang konon bukan hasil dari suntikan (apalagi operasi –duit dari mana?)
Terlihat rapi gigi depannya meski tak ada yang tahu kondisi gigi bagian dalamnya.
Itulah bentuk kupu yang hanya ada satu.
Dapat dinikmati oleh mata, dirasakan oleh kulit… bukankah itu yang terpenting?
Bukan…bukan untukku, bukan pula untuk kupu.

Mari kita lihat ke bagian dalam kupu.
Bagian yang tak semua orang tahu, hanya orang-orang dari lingkaran terdalamnya yang diberi kesempatan untuk melongok ke dalamnya dan mungkin berkesempatan untuk menyelaminya.
Orang yang tak tahu pasti akan menganggap ia perempuan kebanyakan...
Maklum saja, mereka tak tahu kalau kupu hanya satu.

Ia tak perlu harta melimpah, cukuplah baginya jika ia bisa mendanai rencana-rencana liburannya, menghadiahi orang-orang terkasih dengan apa yang mereka suka, memliki rumah yang dimiliki atas nama dirinya sendiri, kendaraan pribadi yang bisa mengantarnya kesana-kemari (jika ia sudah bosan berojek ria), bertumpuk-tumpuk buku bermutu yang siap untuk dinikmati, beberapa puluh pasang sepatu dengan berbagai jenis dan warna, bermacam makanan untuk disantap bersama-sama setiap malamnya. Cukuplah kiranya itu saja.

Ia tak perlu pria tampan nan rupawan sekelas Brad Pitt. Cukuplah baginya pria yang bisa mengimbangi diskusinya, memaklumi betapa egois dirinya, mengasihinya dengan tulus tanpa iming-iming imbalan tertentu, bersedia memberinya tempat bersandar kala lelah menghampirinya, mendengarkan mimpi-mimpinya, mendukung sekaligus menentang keputusannya, menciumnya ketika ia ingin kecupan, memeluknya ketika ia butuh pelukan.
Hanya itu saja sepertinya.

Ia tak perlu teman yang selalu menemani setiap waktu. Cukup baginya teman yang bisa membuatnya tertawa dan menangis bersama, berjalan menyusuri malam sambil bercerita, makan sepiring bersama-sama, luluran di salon favorit di akhir pekan, berenang di kompleks perumahan teman, berlibur menjelajahi daerah baru, karaoke lagu-lagu favorit hingga tengah malam, menonton film oriental dan mengharu biru karenanya, meneleponnya hanya untuk berkata hai, menyapanya di gmail hanya dengan coucou, mendengarkan ceritanya, memberikan tanggapan atas masalahnya, mengoreksinya jika ia sudah bertingkah berlebihan. Cuma itu kiranya.

Ia takkan marah jika kau minta ia menegur orang yang kasar padamu,
Ia takkan malu untuk tetap berada di sampingmu ketika orang yang kau suka menolak cintamu.
Ia takkan ragu mengatakan apa yang ia mau sepahit apapun kedengarannya.
Ia takkan rela jika kau tak bercerita kepadanya apa yang tengah kau rasa.
Ia takkan mau mengalah terlebih dari kawan terdekatnya.
Ia takkan terpuruk sedemikian dalamnya karena dikhianati kekasihnya.
Ia takkan menghitung berapa banyak kasih dan perhatian yang sudah diberikan padamu.

Begitulah kupu..
Dari dulu kupu memang hanya satu.
Bukan kupunya, bukan pula punyamu.

Dulu pernah ada yang berkata padamu persis sama seperti ini,
Kali ini kembali kuucapkan khusus untukmu:
Selamat Ulang Tahun Kupu!!!!!
Terima kasih sudah hadir di hidupku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar