Tak ingin otak beku, maka kami jadikan pena sebagai microwave. Kami, sekumpulan manusia pencinta cerita.
Mau bercerita bersama? Mudah saja. Tinggalkan alamat email-mu, kami punya tema baru tiap minggu.
Mari menulis!

Kamis, 21 Juli 2011

SATE LEMAN’S SELAP GAJIH

Bayangkan jika ada satu momen dalam hidupmu terbagi tiga bagian. Dan kesemuanya indah, tapi beda cerita. Cerita yang sebetulnya sederhana, dan ruang lingkupnya hanya ada dalam mulutmu saja. Bayangkan sebuah gumpalan daging. Pertama ditarik ia dengan jepitan gigimu. Si gumpalan kemudian menari kesana kemari, berpasrah diri kepada siapa ia akan digulirkan. Lidahmu, langit-langitmu, gusimu, atau gigimu? Yang pasti ia tahu, bahwa tak secepat itu ia akan masuk ke kerongkonganmu. Sebelum ia masuk ke wilayah kuasamu, ia tadinya bergelimang saus kacang dan kecap. Yang mana dalam pergumulan saus itu, potongan cabe rawit dan bawang ikut meramaikan. Ditambah suhu panas yang mana si daging dapatkan dari api yang memanggangnya dalam sajian nampan metal, suasana jadi tambah meriah.

Lalu kamu telan daging itu, lantas kamu memejam mata. Dalam gelapmu kau tak lihat apa-apa kecuali kerlip bintang. Suara jadi sunyi, napasmu tertarik teratur. Bab pertama ceritamu selesai sudah.

Masuklah cerita kedua, dan dimulai sejak gigimu menjepit daging kedua, dan menariknya dari bilah kayu kecil yang kau genggam. Warnanya lebih putih, dan lebih lunak. Ketika gigimu kembali menjepit (yang kau tak sabar menjepitnya segera), sang daging pecah. Pecah merekah. Ia mengeluarkan air yang menggetarkan nadimu. Membuatmu ingin segera mati untuk tahu sesungguhnya apa rahasia alam semesta ini. Tak lupa gelimang saus kacang dan kecap (sekarang ditambah serpihan emping), menjadi tambahan nikmat duniawi. Bagian ini lembut dan mengacaukan imajinasimu. Ia tidak kenyal seperti sebelumnya, yang cenderung cocok sebagai pembuka untuk membiasakan lidahmu. Yang ini liar, nakal, dan berlemak. Bayangkan seorang pria gemuk lucu berlompat riang di mulutmu. Bab kedua selesai, setelah si pria jadi serpihan yang memabukkan.

Cerita ketiga dimulai, ketika jepitan gigimu kembali berkelana mengambil si daging ketiga. Saat itu juga kau merasa sedih, karena mendadak akan hanya tinggal kayu yang tersisa di tanganmu. Yang ketiga sama dengan yang pertama, terutama rasanya. Tapi sensasinya berbeda. Setelah ada pria nakal tadi yang bergelimang liar, sekarang hadir kembali si baik yang menutup suasana. Seperti kiai di akhir cerita horor. Ia mendamaikan dan mengingatkan kembali liurmu agar tak menetes deras berlebihan. Ia datang, tetap dengan saus kecap dan kacang, dengan serpihan cabe dan bawang, untuk berkata, “Semua akan berakhir happy ending.”

Dan setelah momen senyapmu seiring daging yang menggelontor di tenggorokan. Kau buka mata, kakimu kembali menjejak dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar