Tak ingin otak beku, maka kami jadikan pena sebagai microwave. Kami, sekumpulan manusia pencinta cerita.
Mau bercerita bersama? Mudah saja. Tinggalkan alamat email-mu, kami punya tema baru tiap minggu.
Mari menulis!

Kamis, 21 Juli 2011

Tornado Terbalik

Waduh! Bagaimana ini! Ya, seperti ceritanya Dega, ini persis kami berlima. Saya, Dega, Anast, Iqbal, dan Anti. Menaiki tornado seolah-olah berani, padahal menjerit-jerit daritadi. Dan ini dia, posisi kami: dalam keadaan terbalik, mesinnya berhenti. Saya tak berhenti baca-baca doa, sambil terngiang-ngiang dengan panik: film Final Destination 3. Yakni adegan roller coaster di awal, yang membuat seluruh yang naik meninggal dunia. Waduh!

Nonono. Kami masih muda semua, dan belum menikah. Saya belum, tapi mau dan insya allah akan. Terbalik dan dalam keadaan basah, tiada yang lebih buruk dari ini. Saya menengok kiri kanan, macam-macam reaksinya. Ada yang nangis (Anast), ada yang panik seperti Iqbal, Anty dan Dega memilih baca-baca doa. Sedangkan dari jajaran yang lain, terdengar suara macam-macam, ada yang nangis dan panik juga. Duh, perutku mulai mual. Dari bawah terdengar suara bapak-bapak, ibu-ibu, ada yang menyuruh tenang, tapi ada juga yang berteriak membuat tambah panik.

Lalu mulai terdengar bunyi kraaaak.. kraaaak.. Apa itu? Masya Allah! Itu bunyi baja penyangga ternoda, sepertinya ia tak kuat menahan beban. Duh, saya tak bisa berpikir lagi, hanya perut mual dan pikiran kacau. Lima detik kemudian, kutahu tornado sedang lepas dari penyangganya, dan siap terjun bebas ke tanah. Saya sadar akan jatuh, tapi ingatan menghilang entah kemana dalam setengah detik. Suara senyap, semua awak memucat. Swiiiing! Tornado terjun bebas!

Astagfirullahaladzim! Saya bangun dari tidur. Di hadapanku laptop, sedang membuka gmail. Peluh keringat membasahi baju dan badan. Itu cuma mimpi! Terima kasih ya Allah, tadi cuma mimpi. Dalam keheningan saya coba cari hikmahnya, lalu semenit kemudian, saya tuangkan rasa tadi dalam imel untuk klab nulis sata tercinta: dewikupugalau.

To : All

Kita ini seperti menaiki wahana tornado. Berputar-putar kan, berganti giliran menulis, dan menikmati sensasi-sensasinya. Tapi sekarang kepala kita sedang di bawah, dan mesinnya terhenti. Tak ada jalan lain, kita mesti sama-sama memutar kembali, agar tak jatuh menghujam bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar