Tak ingin otak beku, maka kami jadikan pena sebagai microwave. Kami, sekumpulan manusia pencinta cerita.
Mau bercerita bersama? Mudah saja. Tinggalkan alamat email-mu, kami punya tema baru tiap minggu.
Mari menulis!

Jumat, 22 Juli 2011

Sampai di rumah, walau masih di terasnya saja.

Namanya Dian, Dyence biasa kupanggil. Kali pertama ke Saung Mang Udjo, ya Sabtu kemarin. Sudah lama inginku mengajaknya kesana, akhirnya tercapai juga. Sungguh tergila-gila katanya. Iya, aku tahu. Wajahmu tak kuasa menahan kagum sore itu. Wayang golek, gamelan, tari adik-adik cilik hingga para neng geulis yang bergoyang sensual dalam jaipong, angklung pemula, senior, hingga belajar bernyanyi, berangklung dan menari bersama. Oh, sungguh ramai kau rasa! Tak banyak bibirmu bercerita sesudahnya, cukup binar matamu saja kurasa. Dan statusmu hari itu, love saung mang udjo so much! Lebay? Ah, tidak!

Yang ini Dewi, bukan shopaholic. Sudah lama berpesan ingin membeli cardigan-cardigan yang sering kupakai. Di Bandung, kubilang. Iya, kapan-kapan yah, jawabnya. Dan disana lah dia, aku juga. Di Factory Outlet terkenal di jalan Riau, ada dua yang paling besar. Akhirnya terbeli juga, ujarnya senang. Iya, beli, setelah bimbang berkali-kali di tengah berbagai pilihan model dan harga yang ada. Oh Dewi, apakah kau bahagia? Iya, katanya. Satu hal yang kita tahu pria tak bisa pahami, bukan? This is what we call girl’s thing, baby!

Anastasia Khairunnisa, panggil saja Nasto atau Bananastasia. Kalau lihat posturnya, kau pasti lah tahu apa yang dia suka. Makan. Tenang Nasto, kita punya kesukaan yang sama sekarang! Berangkat dari teori bahwa anak Indonesia cerdas berkat MSG, giat sekali dia menjilat ramuan enak nan menghauskan itu dari jarinya. Kenapa makanan di Bandung enak semua ya, Gul? Katanya. Yang di restoran, jalanan, mahal, murah meriah, enak semua! Yang ini setuju saya. Jangan salahkan jika kami menggelembung di Bandung, omelin saja mang-mang yang terlalu serius berjualan makanan!

Satu lagi Karien, dia lah yang membuat kami semua terdampar di Bandung selama empat hari. Tak jelas mau apa, cuma mau jalan-jalan saja. Makan jajan? Oke! Hunting dress di FO? Oke! Bersuka ria di saung mang udjo? Dengan senang hati! Semuanya menyenangkan untuknya, tapi tak lebih menyenangkan dari berputar-putar di jalan saja. Kita muter-muter aja, gapapa. Asik begini, nyasar di jalan yang bener-bener gak dikenal. Sounds so easy, mengingat jalanan di Bandung yang banyak satu arah, Neng!

Kalau saya, Dega. Ke Bandung rasanya seperti pulang ke rumah saja. Tapi bukan berarti saya betah jika tinggal di rumah saja ya. Pasti membosankan itu rasanya. Saya suka duduk di mobil muter-muter di jalan raya, singgah jajan di tempat yang banyak makanan enaknya, kalau tak keberatan bolehlah traktir satu atau dua baju di FO langganan saya, isi batin saya dengan pagelaran musik yang mudah didapat di sini, belum lengkap jika belum masuk ke mutiara, toko peralatan rumah tangga. Oh, semuanya saya suka, dengan masing-masing porsinya. Sepertinya saya sudah sampai di rumah, walau masih di terasnya saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar