Bee
Lelah  sekali tubuh ini. Mengantuk, aku sangat mengantuk tapi mata ini tak mau  terpejam. Ia malah menatap sosok di sampingku yang sudah tertidur  pulas. Ia memandanginya sedari tadi, meneliti, mencari tahu, mencoba  menelusuri kembali jejak masa lalu. Pria yang menikahiku, ayah dari dua  putra kembarku. Sang nahkoda dari kehidupan rumah tangga ku, yang dulu  katanya siap menerjang badai, merengkuh rembulan untukku, hanya untukku.  Katanya. Dahulu.
Sang waktu sedikit-sedikit mengikis ketampanannya.  Rambutnya yang dulu hitam lebat, kini mulai memutih dan mulai rontok di  bagian depan kepalanya sehingga dahinya terlihat lebih luas dari masa  sebelumnya. Otot-otot badannya yang dulu penuh terisi seperti kasur  kapuk yang baru saja dijemur di siang hari, sekarang sudah mulai  mengendur. Belum lagi giginya, giginya sekarang tidak seputih dan  selengkap dulu.
Perutnya, perutnya, yang mengandung dan melahirkan anak kan aku. Aku kan?
Dia? Aku? Aku? Dia? Hoammm.
Bumble
Jam  berapa sudah ini? Oh masih dini hari. Ku sibakkan selimut  perlahan-lahan agar tidak sampai membangunkan putri tidurku yang  terbaring sisi lain. Aku melangkah ke dalam kamar mandi. Dari cermin di  dalam kamar mandi terpantul sosok istriku yang masih tertidur. Lelap  sekali tidurnya, pasti dia kelelahan dengan segudang aktivitasnya  kemarin. Perempuanku, ibu dari dua jagoan cilikku. Berlebihankah jika  kubilang kau adalah matahariku yang menyinari gelap hatiku? Tak tergoda  aku dengan tubuh bak biola para wanita yang mencoba mengalihkan  pandanganku darimu. Tak masalah bagiku jika sekarang kau tak seramping  dulu. Aku malah berterima kasih kau mau mengandung dan melahirkan  anak-anakku tanpa peduli akan perubahan bentuk tubuhmu. Aku bersyukur  memiliki istri sepertimu yang tak pernah mengeluh dan menerimaku apa  adanya. Baiklah, saatnya aku kembali tidur. Mungkin kita bisa bertemu  dan merajut kisah lain dalam mimpi kita, ya putri tidurku. Sampai  bertemu! 
Tak ingin otak beku, maka kami jadikan pena sebagai microwave. Kami,  sekumpulan manusia pencinta cerita.
Mau bercerita bersama? Mudah saja. Tinggalkan alamat email-mu, kami punya tema baru tiap minggu.
Mari menulis!
Mau bercerita bersama? Mudah saja. Tinggalkan alamat email-mu, kami punya tema baru tiap minggu.
Mari menulis!
Rabu, 20 Juli 2011
Mati Cinta Mati
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar