Tak ingin otak beku, maka kami jadikan pena sebagai microwave. Kami, sekumpulan manusia pencinta cerita.
Mau bercerita bersama? Mudah saja. Tinggalkan alamat email-mu, kami punya tema baru tiap minggu.
Mari menulis!

Rabu, 20 Juli 2011

Mati Cinta Mati

Bee

Lelah sekali tubuh ini. Mengantuk, aku sangat mengantuk tapi mata ini tak mau terpejam. Ia malah menatap sosok di sampingku yang sudah tertidur pulas. Ia memandanginya sedari tadi, meneliti, mencari tahu, mencoba menelusuri kembali jejak masa lalu. Pria yang menikahiku, ayah dari dua putra kembarku. Sang nahkoda dari kehidupan rumah tangga ku, yang dulu katanya siap menerjang badai, merengkuh rembulan untukku, hanya untukku. Katanya. Dahulu.
Sang waktu sedikit-sedikit mengikis ketampanannya. Rambutnya yang dulu hitam lebat, kini mulai memutih dan mulai rontok di bagian depan kepalanya sehingga dahinya terlihat lebih luas dari masa sebelumnya. Otot-otot badannya yang dulu penuh terisi seperti kasur kapuk yang baru saja dijemur di siang hari, sekarang sudah mulai mengendur. Belum lagi giginya, giginya sekarang tidak seputih dan selengkap dulu.
Perutnya, perutnya, yang mengandung dan melahirkan anak kan aku. Aku kan?
Dia? Aku? Aku? Dia? Hoammm.

Bumble

Jam berapa sudah ini? Oh masih dini hari. Ku sibakkan selimut perlahan-lahan agar tidak sampai membangunkan putri tidurku yang terbaring sisi lain. Aku melangkah ke dalam kamar mandi. Dari cermin di dalam kamar mandi terpantul sosok istriku yang masih tertidur. Lelap sekali tidurnya, pasti dia kelelahan dengan segudang aktivitasnya kemarin. Perempuanku, ibu dari dua jagoan cilikku. Berlebihankah jika kubilang kau adalah matahariku yang menyinari gelap hatiku? Tak tergoda aku dengan tubuh bak biola para wanita yang mencoba mengalihkan pandanganku darimu. Tak masalah bagiku jika sekarang kau tak seramping dulu. Aku malah berterima kasih kau mau mengandung dan melahirkan anak-anakku tanpa peduli akan perubahan bentuk tubuhmu. Aku bersyukur memiliki istri sepertimu yang tak pernah mengeluh dan menerimaku apa adanya. Baiklah, saatnya aku kembali tidur. Mungkin kita bisa bertemu dan merajut kisah lain dalam mimpi kita, ya putri tidurku. Sampai bertemu!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar