Tak ingin otak beku, maka kami jadikan pena sebagai microwave. Kami, sekumpulan manusia pencinta cerita.
Mau bercerita bersama? Mudah saja. Tinggalkan alamat email-mu, kami punya tema baru tiap minggu.
Mari menulis!

Kamis, 21 Juli 2011

Makanan Terenak Sedunianya Nasto

Keharuman yang berasal dari semangkok sajian di depanku, nyata-nyata membuat perutku semakin bergolak. Sampai terdengar ke seluruh penjuru ruangan 6x6m itu sepertinya. Ku tatap dengan cermat perwujudan kreasi indah tersebut. Dapat terlihat walaupun samar, warnanya yang putih. Segera terbayang ketika si mamang menyajikannya. Ia menuangkan beberapa centong ke dalam mangkok putih yang di bagian luarnya ada gambar ayam jago, mungkin itu mangkok hadiah beli kecap manis. Lalu ia mulai menaburkan daun seledri yang sudah dipotong tipis-tipis, kemudian bawang goreng ditaburkan setelahnya. Jika tidak suka bawang goreng ataupun alergi seledri, bisa request ke si mamang agar tidak usah dikasih. Habis itu, ditaburkan lagi cakwe goreng yang (kembali) telah terpotong tipis-tipis dan lanjut sehabis itu suwiran ayam. Tak lengkap sajiannya tanpa kerupuk goreng berwarna oranye.

Dengan mata berkaca-kaca sambil mengagumi karya seni di hadapanku dan terdorong rasa lapar yang sangat, ku ambil sendok dan membulatkan tekad untuk meluluhlantakan konfigurasi beraneka warna. Kusorongkan perlahan-lahan dan kubawa ke depan hidungku sebentar untuk meresapi aromanya. Kuhirup.. Hmmm.. Sedaaappp. Ku masukan ujung sendok ke mulutku dan dalam sekejap rasa panas, asin dan pedas bergelayut di lidahku. Tak perlu susah payah mengunyah. Ku pejamkan mataku ketika makanan tersebut menuju ke tenggorokan. Slruuuppp… Enak. Senyumku merekah seketika, seperti melihat hamparan bunga berwarna kuning di bawah langit yang biru dengan sinar mentari yang tak begitu terik dan angin berhembus sepoi-sepoi. Berlebihan? Seperti sinetron? Hahaha. Bukan, bukan sinetron melainkan adegan di drama-drama Korea. Hahahahaha

Sedikit demi sedikit ku tandaskan makanan di depanku. Rahangku tak perlu sakit karena tak perlu mengunyah, tidak seperti ketika kita memakan daging ataupun sayur kangkung yang harus dikunyah berkali-kali agar lunak sehingga kemudian bisa tertelan.

Bubur Ayam, mungkin hanya kau yang berkuasa memaksaku menyantapmu walau perutku sudah kenyang, walau ada pilihan lain selain dirimu; lontong sayur, nasi uduk, nasi bebek, mie pangsit, dan masih banyak lagi lainnya. Meski kedudukanmu sedikit tergantikan dengan oatmeal yang menjadi menu sarapanku belakangan ini, tapi hatiku tetap untukmu. Ku sudi menyantap oatmeal hanya karena ia lembek dan tak perlu dikunyah... sama sepertimu. Aku padamu....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar