Tak ingin otak beku, maka kami jadikan pena sebagai microwave. Kami, sekumpulan manusia pencinta cerita.
Mau bercerita bersama? Mudah saja. Tinggalkan alamat email-mu, kami punya tema baru tiap minggu.
Mari menulis!

Kamis, 21 Juli 2011

Lilin

Intro

Awalnya bingung juga sewaktu tema ini muncul.
LILIN
Benda yang sederhana tapi kaya makna dan nilai.
Mulai dari lagu Chrisye sampai museum ada LILIN-nya.
Haru biru oleh lilin yg disenandungkan om Elton John saat Putri Diana wafat,
atau tertawa lepas saat Spongebob berteriak panik karena api lilinnya membakar habis tugas mengarangannya.
Dimana2 ada lilin ya..
Tapi kenapa sulit sekali bercerita mengenai sang LILIN.

Wokehhh…

Yang paling ingat kalau bicara soal LILIN yaa.. pada saat mati lampu.
Kondisi dimana kita sebagai makhluk terang, tidak nyaman dengan kegelapan.
Tidak bisa hidup tanpa cahaya. Seakan-akan HABIS GELAP TERBITLAH TERANG cuma sekedar judul bukunya RA Kartini.
Padahal kenyataan kan… kalau mati lampu ga selalu mati lampu. Tar juga ada nyalanya. Cuma entah kapan waktunya - ga pasti. Kebijakan PLN setempat aja.
Sialnya bagi manusia yang sudah ketergantungan dengan cahaya, yang berarti juga ketergantungan pada listrik, ga tahan lama2 digelap2in sama PLN.
Ibu2 ga bs nyuci, nyetrika,
Anak2nya ga bs nonton tv,
Bapak2nya ga bs bikin laporan pake computer,
Ada aja yg dikeluhkan begitu BLASSSS… lampu mati.

YAAHHHHH…!!!

Semua mulut mengucap kata itu kalau udah di-PADAM-kan, seakan2 kata itu adalah mantra yang bisa bikin lampu nyala lagi.
Ngedumel, Ngedumel, Ngedumel… Cari alat penerangan, yang biasanya LILIN. Klo gada, beli mendadak ke warung terdekat.
Terus ujung2nya rebahan. Cari posisi uenakkk.
Kesempatan tidur cepet karena gelap.
Tapi begitu nyala lagi, yang pertama dihajar tivi. Lanjut nonton bola atau sinetron. Dan bersikap seolah2 tidak terjadi apa2 sebelumnya.

(coba renungkan perbuatan kita ini, saudara2… masa ngedumel ini-itu ujung2nya kalah sama tivi)

Satu hal yg perlu diperhatikan dari cerita mati lampu kita adalah eksistensi dari sang penerang disaat gelap yaitu sang LILIN.
Betapa diantara banyak kalimat yg terangkai, kata LILIN hanya muncul 1x saja.
Dari sini pun bisa ditarik kesimpulan betapa benda kecil ini berarti tapi juga tidak punya arti.

Bingung bukan ??? Jadi begini…
Berarti karena dia butuhkan disaat yg tepat yaitu disaat manusia tidak punya daya dan takut akan kegelapan.
Tak punya arti bahwa meski jasanya besar dalam memberi penerangan namun tidak ada yg sampai memperhatikan keberadaannya.
Ditanyakan hanya pada awal mula mati lampu. Sesudah dinyalakan, dibiarkan. Setelah habis dibuang. Kalau lampu kembali menyala sebelum lilinnya habis, ditiup lalu disimpan.
Disimpan lama sampai terlupakan. Dan saat dibutuhkan kembali, bingung mencarinya karena kita lupa menyimpannya.
Hingga akhirnya, beli lagi lilin yang lain di warung2 terdekat.
Harga lilin memang tidak semahal lampu re-change yang bisa menyala dengan otomatis saat listrik padam. Tapi dia tetap lilin. Benda yg tetap pd tugasnya yaitu menerangi dunia kita yg gelap.
Determination. Teguh pada tugasnya.
Karena itulah kadang2 LILIN disangkut pautkan dengan istilah2 keteguhan hati.

Pernah denger motivator macam pak MT yg bilang…
Lilin itu, mau di gimana2kan ya tugasnya cuma satu, memberi penerangan.
Apa bedanya coba sama guru???
Guru juga tugasnya memberi penerangan kan sama anak murid.
Yang ga tahu jadi tahu.
Sebagai guru, jangan mau mengajar hanya untuk dinilai oleh Kepala Sekolah atau Penilik. Tapi mengajarlah dengan hati. Ikhlas. Niscaya hal itu sampai pada murid2nya. Mereka pun juga senang belajar dengan guru macam itu. Makin pandailah mereka nantinya.
Eit, eit, eit… Bahasannya makin melebar.

Sebelum semakin panjang, mau cerita sedikit soal kebiasaan dirumah setiap kali mati lampu.
Kan kalau mati lampu gelap ya. Udara kayanya lebih padat. Bicara pelan aja kaya berteriak.
Kalau bicara dari hati ke hati pasti langsung YUSSS deh!
Ni ya, tiap mati lampu, ibu selalu pasang lilin. 2 di meja tengah, 1 di kamar mandi, 1 lagi di kamar gw.
Gw, ayah, ibu biasanya duduk2 diruang tengah yg dipasang lilin ampe 2 itu.
Ngobrol2 kesana-kesini.
Enaknya, semua hal bisa diobrolin. Mulai dari keluarga sampe politik. Seru lah pokoknya (buat kita yaa, entah buat yg lain hee..)
Karena keluarga kita cuma ber-3 jadi apa2 pasti dibagi bersama. Sebenarnya ga harus nunggu mati lampu sih, tapi suatu waktu obrolannya berkesan banget. Inget terus gw.
Jadi ayah tuh sebel banget ma ibunya, nenek gw yg suka dipanggil mbu haji.
Soalnya si mbu ga nurut. Ngeluh mulu kakinya sakit tapi kalau disuruh diem dirumah ga mau. Pengennya jalan kesana-kesini dengan alasan standar ‘mau ngaji’. Padahal kan ngaji bias dirumah yaa.. Udah gitu si mbu brantem mulu ma bibi gw, anak bungsunya. Berantemnya karena hal2 sepele dan ga jelas.

Pendek kata sih buat ayah, mbu haji nyusahin. Reseh gitu. Sampe2 ayah bilang, kapan meninggalnya sih nih nenek2???
Ucapannya keluar karena kesel aja. Gw ma ibu jg nanggapin dengan senyum aja.
Namanya juga nenek2. Balik lagi kaya anak kecil, jadi susah diatur.
Tepat tanggal 15 Desember 2009 mbu haji meninggal.
Meninggalnya mendadak. Ga pake sakit atau apapun. Tau2 meninggal aja.
Mungkin karena faktor usia dia meninggal. Udah 84 tahun soalnya.
Sekitar seminggu setelah meninggal, gw, ayah dan ibu duduk lagi di ruang tengah. Ga pake mati lampu sih, cuma kita teringat sama kejadian mati lampu waktu itu.
Iseng gw tanya ayah,
“Yah, masih inget ga, dulu ayah nanya kapan ni nenek2 meninggal. Wkt itu mbu haji ngeselin pisan ya, Yah. Tapi sekarang gada mbu haji kok kayanya hidup kita ada yg kurang ya, Yah?”
Ayah cuma diem. Mungkin didiemnya dia tuh nangis. Tapi namanya juga lelaki tulen, nangisnya ga ampe kaya bintang film Korea. Berurai air mata gitu. Cukup nangis dalam hati aja tapi nyesek.
Ibu malah senyum. Inget kelakuan suaminya dulu kali ya.
Kita ber-3 waktu itu diem aja, masing2 inget sama malam mati lampu itu.
Yang sambil menatap nyala lilin, berkeluh kesah soal mbu haji.
Tapi ga pernah nyangka sedikitpun, pertanyaan ayah dijawab ALLAH hanya beberapa bulan setelahnya.
Tanpa peringatan. Tanpa tanda sedikitpun.

Bahkan sisa lilin yang dipakai untuk menerangi malam gelap itupun masih tersimpan rapi dikotaknya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar