Tak ingin otak beku, maka kami jadikan pena sebagai microwave. Kami, sekumpulan manusia pencinta cerita.
Mau bercerita bersama? Mudah saja. Tinggalkan alamat email-mu, kami punya tema baru tiap minggu.
Mari menulis!

Kamis, 21 Juli 2011

Di Sela Waktu Senggang

Jam menunjukan pukul lima sore lewat enam menit. Suasana sepi hanya suara Mbah Surip sayup mendendangkan lagu mengenai aktivitasnya yang sehabis bangun lalu tidur lagi terdengar dari speaker di lorong depan. Kondisi meja berantakan dengan kertas-kertas data yang memerlukan perhatian lebih, penghapus yang baru dipakai beberapa kali, kalender yang terhalang botol minuman yang masih setengah terisi, handphone yang selalu online menghubungkan dengan orang-orang terkasih, stabillo biru persis di sebelah keyboard, dan buku to do list di sebelah kanan dengan pensil mekanik hijau andalan sedari jaman kuliah dulu, berada di atasnya. Ada juga kertas satu rim yang sudah terbuka dan telah diminta beberapa oleh teman yang membutuhkan. Telepon terletak miring karena tidak dikembalikan ke posisi awal sebelum dipinjam. Biar saja tetap berada dalam posisi tersebut, walau sebal setiap melihatnya.

Kali ini lagu sudah berganti dengan lagu bertema putus cinta, entah siapa penyanyinya. Sementara benak ini malah tak menentu, bukan karena kompleksitas percintaan melainkan memikirkan kapan waktu yang tepat ke dokter gigi apakah di hari kerja atau malah di akhir pekan saja. Selain itu juga terbiaskan dengan pikiran jangan sampai kali ini telat kirim tulisan lagi, malu hati disinggung si galau untuk dua kali keterlambatan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar