Jam  menunjukan pukul lima sore lewat enam menit. Suasana sepi hanya suara  Mbah Surip sayup mendendangkan lagu mengenai aktivitasnya yang sehabis  bangun lalu tidur lagi terdengar dari speaker di lorong depan. Kondisi  meja berantakan dengan kertas-kertas data yang memerlukan perhatian  lebih, penghapus yang baru dipakai beberapa kali, kalender yang  terhalang botol minuman yang masih setengah terisi, handphone yang  selalu online menghubungkan dengan orang-orang terkasih, stabillo biru  persis di sebelah keyboard, dan buku to do list di sebelah kanan dengan  pensil mekanik hijau andalan sedari jaman kuliah dulu, berada di  atasnya. Ada juga kertas satu rim yang sudah terbuka dan telah diminta  beberapa oleh teman yang membutuhkan. Telepon terletak miring karena  tidak dikembalikan ke posisi awal sebelum dipinjam. Biar saja tetap  berada dalam posisi tersebut, walau sebal setiap melihatnya.
Kali ini lagu sudah berganti dengan lagu bertema putus cinta, entah siapa penyanyinya. Sementara benak ini malah tak menentu, bukan karena kompleksitas percintaan melainkan memikirkan kapan waktu yang tepat ke dokter gigi apakah di hari kerja atau malah di akhir pekan saja. Selain itu juga terbiaskan dengan pikiran jangan sampai kali ini telat kirim tulisan lagi, malu hati disinggung si galau untuk dua kali keterlambatan.
Kali ini lagu sudah berganti dengan lagu bertema putus cinta, entah siapa penyanyinya. Sementara benak ini malah tak menentu, bukan karena kompleksitas percintaan melainkan memikirkan kapan waktu yang tepat ke dokter gigi apakah di hari kerja atau malah di akhir pekan saja. Selain itu juga terbiaskan dengan pikiran jangan sampai kali ini telat kirim tulisan lagi, malu hati disinggung si galau untuk dua kali keterlambatan.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar