Tak ingin otak beku, maka kami jadikan pena sebagai microwave. Kami, sekumpulan manusia pencinta cerita.
Mau bercerita bersama? Mudah saja. Tinggalkan alamat email-mu, kami punya tema baru tiap minggu.
Mari menulis!

Kamis, 21 Juli 2011

Asa Seorang Lelaki

Pagi itu, seorang lelaki berpakaian cukup trendy berjalan keluar dari rumahnya menuju suatu tempat. Melihat dari cara ia melangkah, tempat yang ia tuju bukanlah tempatnya bekerja. Dia begitu mudah melangkah dengan simpul senyum ceria diwajahnya. Tidak seperti ketika ia melangkah menuju tempatnya bekerja yang ia lakukan hampir setiap hari. Dengan muka suntuk sambil bersungut-sungut, seperti itulah ia biasanya.

Pagi itu, ia memulai semuanya dengan asa besar yang selama ini hanya menjadi bagian terpendam dalam dirinya. Asa yang saat ini semakin menggunung meskipun diiringi rasa khawatir yang tidak kalah besar. Dengan melibatkan emosi yang bertentangan inilah ia menuju tempat yang belum pernah sekalipun ia datangi. Semakin dekat dengan tempat yang ia tuju, semakin emosi itu bercampur tak menentu. Namun setibanya disana perasaan ini seperti mengalir menjauh begitu deras dan bermuara pada satu perasaan bahagia.

Malam sebelumnya, kabar menyenangkan itu datang juga. Kabar yang selama ini hanya berada pada garis harapan dalam diri seorang pemuda. Seorang lelaki muda yang memiliki berjuta keinginan tanpa mengetahui kapan ia bisa menyentuh sebagian kecil atau bahkan satu dari keinginannya yang bertumpuk dan berlapis itu. Tapi tidak dengan malam ini. Satu harapan terbesarnya menghampiri dan merangkul erat hingga cukup kuat untuk membawanya terbang ke atas menjauh melawan hukum gravitasi.

Malam sebelumnya menjadi suatu malam yang akan menjadi sebuah catatan bertinta beda dalam hidup seorang pemuda. Entah apa warna tinta itu, yang pasti menjadi pembeda dari catatan-catatan bertinta serupa yang mengisi halaman-halaman cerita hidupnya. Kabar yang datang tiba-tiba itu yang menjadi pembeda. Kabar yang memaksanya bergegas esok pagi untuk mendatangi tempat dimana satu dari asa pemuda itu berada.

Beberapa hari lalu, si pemuda memulainya. Memulai menyusun anak tangga untuk ia panjati agar dapat menyentuh satu dari impiannya selama ini. Keinginannya untuk bertemu seorang wanita pengisi ruang-ruang kosong di setiap waktunya. Wanita yang bahkan belum pernah ia temui namun selalu berada di hari-harinya. Seorang wanita dengan beribu pesona yang mampu menyita sebagian besar hasrat seorang lelaki akan wanita. Semua keinginan pemuda akan seorang wanita berada pada satu sosok dalam diri wanita ini.

Beberapa hari lalu, ia mengabaikan semua hal yang tidak berhubungan dengan pencapaian keinginannya itu. Semuanya terfokus hanya pada satu jalan yang tertuju langsung pada wanita impiannya. Ia mengerahkan semua daya upaya untuk menangkap kesempatan yang datang. Kesempatan kecil dimana ia menaruh harapan besar.

Ya, pemuda itulah yang bernama Dodi Dambudi. Dodi yang melangkah pagi itu dengan wajah ceria tidak seperti hari-hari biasanya. Dodi yang pagi itu merasakan emosi bercampur dengan perasaan bahagia larut didalamnya. Pagi itu dodi melangkah pasti menuju sebuah stasiun tv swasta di Jakarta. Bukan tempatnya bekerja namun tempat dimana awal dari asa itu berubah wujud menjadi kenyataan. Dodi dambudi begitu nama yang tersemat pada dirinya, merupakan seorang pemuda lajang yang tergila-gila betul pada sesosok wanita cantik dengan kemampuan memasak yang hebat. Dan sosok itu berada pada diri wanita cantik bernama Farah Quinn. Wanita yang selama ini hanya bisa Dodi liat pada layar kaca. Namun pada malam itu, kabar yang datang pada Dodi merubah semuanya. Seorang progammer acara memasak di stasiun tv mengabari Dodi untuk datang ketempatnya. Dodi terpilih menjadi figuran di acara tersebut yang beruntung bisa mencicipi masakan kahas ala Farah Quinn. Berita baik ini datang akibat dari usaha Dodi yang beberapa hari lalu mengirimkan profile dirinya agar bisa mengikuti acara tersebut dan bertemu langsung dengan Farah Quinn. Usahanya tidak sia-sia, satu dati impian terbesarnya bermetamorfosis menjadi bentuk nyata.

Ya, itulah sepenggal cerita hidup Dodi Dambudi yang memulai hari itu dengan menunggangi ojek menuju statsiun tv dimana Farah Quin berada. Hal besar yang akan terjadi pada kisah hidupnya mengakibatkan ia melupakan hal kecil yang selama 5 tahun berada padanya. Sebuah KTP tertinggal di jok ojek yang ia naiki. Jay, si pengendara ojek motor itu pun tidak menyadari. Sampai pada akhirnya penumpang selanjutnya yang menemukan KTP tertinggal itu. Begitulah KTP itu menjadi benang merah antara cerita Dodi Dambudi bertemu wanita impiannya dengan cerita saya yang hadir pada teman-teman menulis baru saya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar