Tak ingin otak beku, maka kami jadikan pena sebagai microwave. Kami, sekumpulan manusia pencinta cerita.
Mau bercerita bersama? Mudah saja. Tinggalkan alamat email-mu, kami punya tema baru tiap minggu.
Mari menulis!

Kamis, 21 Juli 2011

ABU RAZAQ

Mari, akan kuperkenalkan padamu, seorang pria setengah baya. Badannya tegap, jalannya mantap. Matanya nyalang namun menyiratkan tenang. Namanya Abu Razaq. Kemana-mana ia bersorban putih, berjubah putih. Kalau kau menebak ia punya janggut, tepat. Janggutnya panjang, melewati kerah bajunya. Selanjutnya, mungkin kau bisa menerka-nerka. Tasbih di lengan? Ya. Kadang ia berpedang? Ya, kadang-kadang. Fasih baca Al-Qur’an? Ya. Shalat lima waktu? Ya, bahkan lebih dari lima setiap harinya.

Ia punya umat, punya kelompok. Diberi nama Barisan Syahid. Jumlah anggotanya, lumayan, ada sekitar lima ratusan, di seluruh nusantara. Ada juga yang di Filipina, Malaysia, Thailand Selatan, hingga Spanyol. Abu Razaq orangnya kalem bukan main. Meski kebanyakan bawahannya meledak-ledak, ia seringkali menjadi penenang yang mengagumkan. Kehadirannya menyejukkan. Ucapannya seperti tetesan embun. Gerakan tubuh seperlunya. Tak aneh jika banyak wanita takluk di hadapannya. Istrinya ada empat, semuanya konon, rukun dan bahagia.

Maka suatu hari itu, Abu Razaq muncul di tengah kerumunan. Kerumunan yang tak lain adalah umatnya sendiri. Mereka kumpul dalam sebuah rapat bulanan. Mereka duduk bersila serentak, setelah Abu Razaq mempersilahkan. Dengan ketenangan yang luar biasa, Abu Razaq bertutur kata. Dimulai dengan beberapa kutipan ayat suci Al-Qur’an tentunya, “Saudara-saudara Muslim-ku, telah tiba hari kemenangan yang kita nantikan, Allah janjikan. Hari ini, kita akan melengkapi jihad, menunaikan sunnah, dan menjalankan syari’ah. Apakah, saudara-saudaraku telah siap?” Ia bertanya dengan amat tenang, namun tenaganya merasuk ke batin jema’ah, sehingga serentak semua berkata siap dengan tegas dan keras. “Sekali maju, tak ada jalan mundur. Allah tidak suka umat yang setengah-setengah. Lihat itu Imam Samudera, lihat itu Amrozy, lihat itu Abu Dujana, lihat itu Noordin M. Top. Konsistensinya Allah sukai. Mereka berjuang sampai mati, untuk Lillahi Ta’ala. Janganlah mundur, ikuti mereka!” Semua menjawab dengan Allahu Akbar. Menggelegar.

Abu Razaq berdehem sejenak, mengumpulkan tenaga, lalu melanjutkan kata-kata, “Saudara-saudaraku, apakah siap dengan apa yang dibalik tas kalian?” Semua menjawab siap. “Siap berjihad dengannya? Tidak ada jalan kembali lagi?” Semua menjawab siap. Keras. “Allah bersama kalian.” Semua menjawab Allahu Akbar. “Silakan dikeluarkan isinya.” Lalu dengan perlahan masing-masing membuka tasnya, yang mana dari seratus lima puluh orang yang hadir, semua menentengnya. Sambil bersila, mereka mengeluarkan isi tas, dan menyimpan di pangkuannya. “Sekarang, buka pelan-pelan, dan tekan tombol power.” Mereka semua secara berjama’ah menekannya, dan terdengarlah bunyi mesin perlahan sekali. Tak lama kemudian, Abu Razaq yang memegang benda yang sama, berkata dengan tenang, “Sekarang, cari ikon Mozilla Firefox.” Lalu Abu Razaq melanjutkan, “Sudah? Di atasnya ada tempat untuk mengetikkan sesuatu, ketik www.facebook.com.” “Setelah kau masuk ke menu depannya, maka silakan daftar, register, dan berjihadlah Lillahi Ta’ala.” Jema’ah berseru keras, Allahu Akbar.

Abu Razaq berdiri perlahan, dengan gerakan yang mengagumkan, “Saudara-saudaraku yang diridhai Allah, jadikanlah Facebook ini sebagai sarana jihad. Silaturahmi kita yang hakiki. Bukankah rasul dan para sahabat menjadikan silaturahmi sebagai landasan habluminannaas yang sejati? Dan tiadalah habluminallah yang lengkap, tanpa didalamnya ada unsur habluminannaas. Carilah teman sebanyak-banyaknya, jadikan ikon add as a friend sebagai lafal yang kau pegang selalu. Dan jangan tolak yang mau bersilaturahmi denganmu. Maka itu, pegang juga lafal confirm sebagai pedomanmu. Jangan pilih-pilh teman, entah itu Nasrani, Yahudi, Arab, atau Batak. Semuanya boleh, semuanya halal. Karena ini jihad Fii Sabiilillah, halal, dan berada di ridha Allah. Jangan lupa cantumkan yang baik-baik di status, jangan riya’, fitnah, atau ghibah. Bagus-bagus jika ayat Allah yang terpampang disana. Jangan lupa juga klik logout sebelum keluar, karena kebersihan merupakan sebagian dari iman. Tentunya orang yang tidak logout ketika keluar, dapat diartikan ibarat orang yang habis pipis tidak melakukan flush. Kotor bukan? Sekarang, dengan fasilitas wi-fi di markas kita, mari, kita tahbiskan Barisan Syahid yang berjihad dengan Facebook. Slogan kita, cari kawan, dekati lawan. Allahu Akbar!” Abu Razaq berteriak semangat. Jema’ah menggelegar, dan tak lama matanya kembali ke layar laptop. Abu Razaq kembali duduk tenang, menikmat sajian Facebook. Allahu Akbar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar