Tak ingin otak beku, maka kami jadikan pena sebagai microwave. Kami, sekumpulan manusia pencinta cerita.
Mau bercerita bersama? Mudah saja. Tinggalkan alamat email-mu, kami punya tema baru tiap minggu.
Mari menulis!

Minggu, 14 Agustus 2011

Resensi Harmony

Film Harmony ini berhasil membuka kedua mata saya lebar-lebar sekaligus mengusik hati, pikiran, dan energi saya, yang pada awalnya memandang film ini dengan sebelah mata. Sebelumnya saya berpendapat bahwa film yang akan saya tonton hanyalah sebuah film korea yang sedang digandrungi remaja tanggung jaman sekarang. Asumsi awal saya tersebut terpatahkan dengan unsur tema, jalan cerita dan akting yang kuat dalam film Harmony. Semua unsur tersebut berhasil diharmonisasikan dengan baik sehingga menghasilkan sebuah film yang layak ditonton.

Menceritakan keadaan penjara wanita di korea dengan berbagai kisah pilu yang dialami oleh para penghuninya. Mereka dipertemukan karena mereka telah melakukan tindakan yang dianggap kriminal. Tentunya dengan berbagai alasan mereka melakukan tindakan kejahatan yang sebenarnya tak ingin mereka perbuat. Label narapidana pun diberikan kepada mereka yang mencoreng status sosial mereka dalam masyarakat.

Lima orang narapidana wanita yang berbagi sel memiliki cerita dan konflik kehidupannya masing-masing. Berteman seorang sipir penjara, mereka berlima berusaha agar tetap memiliki kehidupan yang normal layaknya masyarakat pada umumnya. Memiliki kehidupan yang bahagia, dekat dengan keluarga yang mereka cintai, memiliki impian-impian yang akan terus mereka kejar. Mereka adalah Hong Jeong-hye seorang ibu yang terpaksa membesarkan anaknya di penjara, Kim Moon-ok seorang profesor musik yang dijatuhi hukuman mati, Gong Na-yeong korban pemerkosaan bapak tirinya beserta kedua teman mereka Kang Yoo-mi dan Kang Yeon-sil. Berlima bahu-membahu untuk tetap menjaga asa mereka dalam menikmati kehidupan yang layak.

Apa yang mereka lakukan agar tetap mampu mewujudkan semua itu dalam segala keterbatasan sebuah lembaga pemasyarakatan? Salah satunya adalah dengan membentuk paduan suara. Hong Jeong-hye berpendapat apabila mereka berhasil membentuk suatu kelompok vokal yang baik, mereka akan diberi kesempatan untuk melihat dunia luar. Tentu saja Hong Jeong-hye yakin karena Kim Moon-ok adalah seorang profesor musik yang handal.

Ternyata semua tidak semudah yang mereka bayangkan. Dengan berbagai konflik yang sangat menyayat hati, keinginan mereka untuk membuat paduan suara sangatlah diuji. Dimulai dari kepiluan Hong Jeong-hye sebagai seorang ibu yang harus merelakan anaknya diadopsi orang lain, trauma berat yang dialamai oleh Gong Na-yeong karena pemerkosaan yang ia alami, hingga Kim Moon-ok yang harus menghadapi hukuman mati.

Konflik-konflik inilah yang mewarnai film ini dengan warna biru kelabu. Berbagai kejadian yang menguras perasaan penontonnya. Merongrong langsung sisi kelembutan seorang manusia. Film korea ini mengajak kita untuk mencoba mensyukuri kehidupan yang telah kita miliki saat ini. Sesungguhnya masih banyak saudara-saudara kita yang harus melalui kehidupan dalam kegelapan, sementara kita selalu merasa kurang cerah akan kehidupan yang kita miliki. Berbahagialah kawan, jalani hidupmu dengan bersyukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar