Ia lebih tua dariku  tiga tahun. Dulu ada ketika ia begitu menyayangiku saat aku masih bayi,  simpulku setelah mendengar cerita dari ibu dan nenek kami. Suatu hari  ia memutuskan untuk menginap di rumah nenek kami lantaran tidak tahan  mendengar tangisku setiap saat. Malam pun datang, ia menonton TVRI dan  melihat tayangan tentang bayi-bayi. Begitu melihatnya, ia langsung minta  pulang dan mengurungkan niatnya untuk menginap. Beruntung ada salah  satu tetangga kami yang sedang singgah di rumah nenek, maka pulanglah ia  dengan menumpang di motor tetangga kami itu. Setelah sampai rumah, ia  langsung saja berbaring di sampingku walaupun tangisku tetap memekakan  telinganya.
Teman bermain kami berbeda namun adakalanya kami  bermain bersama-sama. Setelah menonton film silat di televisi, aku  mengajak abangku untuk bermain berantem-beranteman. Aku bilang padanya,  ”Bang, bagaimana kalu kita pakai pisau mama?”. Untung salah satu di  antara kami masih waras, ia tidak mengamini niatku. Jadilah kami masih  hidup hingga saat ini. Dari dulu ia sudah mendominasiku, ketika orangtua  kami menanyakan apakah kami ingin punya adik, dengan pelan ia berbisik  padaku, ”De, kalau kita punya adik lagi, telur yang biasanya dibagi  untuk berdua akan dibagi jadi untuk bertiga. Ade’ mau?”. Tentu saja aku  menolak mentah-mentah wacana memiliki adik tersebut.
Seiring  berjalannya waktu, rasa sayangnya memuai ke dalam bentuk yang lain. Ia  menyuruhku melakukan apa yang menurutnya benar. Ia juga terkadang  melarangku untuk melakukan ini itu. Ia seringkali mempertanyakan  keputusan yang telah ku buat yang tidak sesuai dengan pemikirannya. Ia  melakukan itu semata-mata karena ia tidak ingin merasakan sakit dan  kecewa yang pernah ia rasa, harus kurasakan juga. Kukatakan padanya,  ”Bang, kau telah menjalani sesi pelajaran hidupmu sendiri. Kali ini  biarkan aku menjalani pelajaran hidupku dengan caraku sendiri. Karena  sungguh, kau adalah apapun yang bukanlah diriku dan aku bukanlah apapun  yang bukan dirimu”. Satu-satunya kesamaan kami adalah kami pernah  mendiami rahim yang sama dan aku bersyukur karenanya. Ia abangku dan  akan selalu begitu.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar