Tak ingin otak beku, maka kami jadikan pena sebagai microwave. Kami, sekumpulan manusia pencinta cerita.
Mau bercerita bersama? Mudah saja. Tinggalkan alamat email-mu, kami punya tema baru tiap minggu.
Mari menulis!

Selasa, 26 Oktober 2010

Antara Aku dan Ramadhanku

“Iya, memang sedih rasanya. I’ve been there. Semua orang juga pasti sedih, bos. Tapi coba kita alihkan sedihnya ke syukur. Alhamdulillah Allah masih mengizinkan kita bertemu Ramadhan tahun ini.”

Ya Rabb maha pembisik kasih, ampunilah hamba yang tak bersedih atas perginya selimut rahmatmu kali ini. Dan jangan golongkan hamba atas mereka yang sombong dan buta akan siraman berkahMu di bulan nan suci ini, hamba mohon, ya Allah. Karena sesungguhnya hamba ingin berusaha mensyukuri sekuat tenaga hamba, atas izinmu untuk mempertemukanku kembali dengannya, Ramadhanku.

”Bos, Astaghfirullah, betapa gw menyibukkan diri untuk membenci orang hari-hari kemarin. Mau jadi apa yah gw? Sombong sekali. Malu gw bos, malu. Padahal, bisa jadi apa sih gw tanpa mereka? Masya Allah bos, gw yang dulu mah, Astaghfirullah. Keterlaluan sekali ya gw? Maaf ya bos, sudah menjadi partner yang tidak baik selama ini. Maafin gw ya. Astaghfirullah, gw benar-benar minta maaf, bos. Izinkan gw memperbaiki diri ya, sayang. Insya Allah gw mau berusaha sekuat tenaga untuk menjadi partner yang baik, anak yang bisa membawa orang tua ke surgaNya, bagian dari keluarga yang turut menentramkan dan menjadi hambaNya yang tak melulu melukai hatiNya. Insya Allah. Bismillah ya, sayang. Bismillah.”

Wahai maha peniup cinta, Subhanallah, Allahuakbar. Sungguh kurasakan selimut kasihMu yang luar biasa tahun ini. Subhanallah. Tak habis syukurku atas genggam hangatMu di kalbuku. Terima kasih, ya Allah. Terima kasih; tak Kau lepas tangan kotorku dari ridhoMu, tak Kau sumbat telinga telinga busukku dari asmaMu, masih kau izinkan hati gelapku mengintip cahayaMu. Terima kasih, wahai maha pembalik hati.

”Memang jadi gelap mata, alih-alih mendapat pencerahan. Tapi menurut gw ini semua murni budaya, bos. Budaya yang saat menampilkan sisi negatifnya juga ada positifnya. Coba bos, kalau gak lebaran mungkin waktu kecil gw gak punya baju baru tiap tahun. Hahahaha... Kalau orang kita gak heboh, mungkin keluarga kita nyaris tidak pernah bertemu keluarga jauh, iya kan? Keluarga yang kalau tidak ada momentum seperti ini tak berasa seperti keluarga. Yah, kalau kue mah gak berlu lebaran juga pasti ada tiap momen berkumpul. Arisan, reuni, pasti banyak kue, kan? Sama aja, atuh. Kalau heboh mah biasanya ibu-ibu; kalau ibunya cool pasti keluarganya juga cool berlebaran. Tul, gak? Dan satu lagi bos, bukan tidak mungkin banyak saudara kita yang tidak punya kesempatan berbahagia kalau tidak pas lebaran gini, bos. Ya, thanks to our hedon culture juga. Hahahha...”

Sungguh luar biasa besar rizki yang Engkau limpahkan padaKu. Alhamdulillah. Bahagia hati ini menyadari percayaMu atas rizki mereka, yang dititipkan padaku. Insya Allah, tak mau ku lupa akannya. Insya Allah. Betapa selama ini bodohnya aku hanya bersenang-senang atas segala rizkiMu, dan khilaf atas kewajiban di atas segala hutang. Bismillah, tuntunlah aku wahai maha pemberi rezeki, untuk selalu membersihkan segala yang ada.

Hanya kepadaMu aku meminta, hanya kepadaMu aku memohon, dan hanya kepadaMu lah aku mengadu, wahai Tuhan pemilik segala kasih. Hanya dengan kehendakMu lah semua hal dapat terlaksana, wahai maha pembuat keajaiban. Hanya Engkaulah sang penguasa, maha pendengar doa dan pengabulnya. Malu hati ini memohon padaMu sekali lagi, ampunilah segala dosa-dosaku, dosa-dosa kami; orang tua, keluarga, sahabat serta muslimin dan muslimat. Sampaikanlah doa kami untuk Rasul sang kekasih hati, izinkanlah kami untuk berjumpa denganNya, suatu hari nanti. Amin ya Allah. Dan bantulah kami berjalan dijalanMu selalu, hingga tak lagi kami membuat Rasul kami sedih hati. Amin ya Allah, Amin ya Rabbal Alamin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar